Cerpen tentang tubing

Kisah dari Si Penawar Rizki

Hujan gerimis kecil mengantarkan kita ke tempat cafe favorit kami. 

Aku dengan sobat lamaku bu Afiya berencana menikmati liburan di penghujung tahun di sini.

Yamaha unguku dengan setia melaju memecah beceknya jalanan ke arah desa Ciasihan kabupaten Bogor.

Sempat melipir di pinggiran jalan untuk berteduh sejenak. Agar pakaian suamiku tak terlalu kuyup di terpa gerimis kecil yang lama kelamaan menjadi deras.

"Ayo kita berteduh dulu, baju Abi basah ni!" Pinta suamiku

"Oke bi di depan toko itu kita berteduhnya."

Aku menyanggupi berhenti di pinggiran jalan depan toko kelontongan dekat pasar tradisional. Kami berharap hujan segera terhenti agar kami bisa melanjutkan perjalanan.

Hujan gerimis tak kunjung reda, namun kami sudah membayangkan bahwa kami ingin segera menikmati suasana kampung Ciasihan.

Disambut suara air sungai deras, bertanda kami segera sampai di cafe. Cafe Tubing namanya. Letaknya yang berada di turunan nama cafe ini mungkin terdengar unik karena tubing itu sendiri memiliki akronim dari turunan tebing. 

"Sudah sampai,ni!"

Teriak suamiku mengingatkan agar motor beat yang dikendarai bu afiyah dan suami untuk menghentikan lajunya.

"Oke siap bos!" Teriak pasangan serasi itu.

Terkesima terpancar dari wajah perempuan setengah baya beserta pasangannya laga-laganya bak pengantin baru.

Kursi-kursi makan masih tertata rapi menandakan cafe belum menerima pelanggan. Lantai cafe masih terlihat basah, agak licin juga ketika kami injak.

"Di sini aja tempatnya enak bisa lihat pemandangan ke bawah." Aku mengajak mereka untuk mendekat ke arah persawahan.

Bu Afiya pasrah saja karena dia terkesima dengan tempat ini.

"Ayo sayang kita si di sini aja duduknya."

Ajak si AA panggilan sayang kepada istrinya.

Medannya cukup terjal untuk mencapai cafe ini. Tapi tak sia-sia kami dapat tempat yang begitu pas di sini.

Makanan telah terpesan.  Ku mencari sahabatku yang tak di tempat duduknya.

"Kemana ni bu Afiya?"

Aku mencarinya karena makanan dan minum telah diantar oleh sang waitress muda.

Dari kejauhan ternyata mereka sudah tak sabar untuk mengambil kesempatan berfoto.

"MasyaAllah mantep banget tempat ini, bu!" pekikannya tertuju padaku memecah hening susana cafe ini.

" Iya atuh kalau milih tempat tu yang enak di mata, enak di kantong juga." Candaanku kepadanya. Terus terang cafe ini bagus dengan tawaran harga yang cukup terjangkau menurutku.

Pesanan makanan dan minuman sudah terhidang di meja. 

Tiba-tiba aku terusik oleh pekikan yang menyebut namaku. 

"Rauda Alia!!!"

Seisi ruangan itupun tertarik perhatiannya ke arah suara teriakan itu.

Aku sambut dengan membalas 

"Ika!!!"

Ya aku bertemu teman lamaku juga di sini.

"Ah dunia sempit sekali, sampai bisa bertemu teman kuliah di sini." Gumamku.

Kusambut jabatan tangannya menggambarkan rasa kangen pertemanan yang sudah lama terputus.

"Alhamdulillah bisa silahturrahim lagi ya kita, sambil tukar nomor what's app". Ungkap Ika teman lamaku.

Ika temanku melanjutkan acara dengan teman-teman SD nya dulu, sedangkan akupun melanjutkan ngobrol manfaat masih tema yang sama.

Kami bercengkrama cukup berbobot tentang masalah rizki.

Adi Ikomudin dengan usia 31 tahun cukup muda namun pengetahuan agamanya membuatku banyak tahu. Aktifitasnya mengajar dan dakwah membuatnya lebih terasah pengetahuannya di bidang agama jauh dibandingkan denganku. Pakaiannya yang sederhana dengan mengenakan peci bisa dikatakan dia seorang yang senang berbagi ilmu agama kepada orang lain.

Di sela- sela tausiyahnya beliau mengarahkan bahwa kita harus tahu bagaimana Allah memberikan rizki kepada manusia.

 "Rizki yang diberikan kepada manusia terlihat zhohir dan batin, ada yang nampak bisa terlihat olleh orang lain dan ada yg tak nampak yang hanya dirasakan oleh pribadi masing-masing. Dan umumnya manusia akan sangat mengharapkan rizki yang zhohir  katanya."

Beliau menambahkan juga rizki itu diberikan Allah kepada orang-orang yang Dia kehendaki apapun profesinya, bagaimanapun orang Allah akan beri asalkan mencari rizkinya dengan sungguh-sungguh. 

Dan ketika Allah beri rizki itu, yang membedakan satu dengan yang lainnya hanya rasa syukur.

Ya...rasa syukur tiap pribadi memang berbeda termasuk aku. Rasa syukurlah yang membuat ketentraman di dalam hati setiap manusia. 

Rasa pecutan di dalam diri ini ketika sudah menggelitik tentang mensyukuri nikmatNya. Semoga aku, kamu,  dan kita  semua yang membaca tulisanku ini selalu dihinggapi rasa syukur. Agar Allah menambahkan nikmatnya lebih dan lebih lagi.

hari ini ku bersyukur diberi kesempatan bertemu Adi dan istrinya yang bersedia membagikan ilmunya, jazakallah khoer atas kebersamaan ini.


No comments:

Post a Comment

Berlibur ke Tanjung Lesung

  Banten- Kelelahan terbayar setelah hampir 4.30 jam perjalanan untuk sampai ke Tanjung Lesung. Tanjung Lesung terletak di Desa Tanjung Jawa...