Rindu WJLRC
Seharian rasa galau
menghampiriku. Pesan di WA grup komunitas WJLRC kota bogor selalu masuk dalam
posnselku. Tiap postingan memberikan informasi perkembangan tentang persiapan
Launching. Ku mulai mengetik satu persatu huruf di ponselku. Tentang berangkat atau tidaknya ke Bandung
dengan kondisi fisik yang tidak terlalu
mendukung yang membuatku tak tenang. “Ya jadi” menandai persetujuan
dengan diriku. Kebetulan acara besok menurutku sangat penting. Mengapa disebut
penting? Esok hari ada kegiatan Launching West Java Leader`s Reading (Challane
WJLRC). Sudah memasuki bulan ke-4, Aku bersama guru-guru perintis lainnya
membimbing 35 anak dari kelas 4, 5, dan 6. Program pembiasaan membaca yang
digalakkan oleh pemerintah Jawa Barat ini, membuatku banyak belajar dan
bertambah pengalaman karenanya. Rasa
penasaranku terhadap implementasi Gerakan Literasi membuatku selalu menarik
untuk lebih tahu. Pagi sesudah kuputuskan jadi berangkat.
Diantar dengan Yamaha
Ungu, matahari belum menanmpakan senyumnya, rintik hujan sedikit membasahi
wajahku ketika motorku berlari menuju rumah Nuri tempat kami janjian alias
titik point.
Sesampainya kami di
tempat kami janjian berangkat. Apa yang terjadi? Waktu kami tiba di depan
rumahnya ternyata Nuri baru selesai mandi, bahkan belum dandan (maklum
perempuan kalau dandan tuu suka lama banget.
Duh, sebagai teman
dekat, mungkin aku bisa memaklumi, tapi kalau keseringan sepertinya jengkel
juga nii.
Yaa, kalau mau jadi
orang yang menyenangkan berhentilah, jadi orang yang ga gesit biangnya lelet
itu menyebalkan. Bangun lebih awal dan bisa merencanakan segala sesuatunya
dengan baik.
Meski lewat waktu dari
ekspektasi keberangkatan kita, kami bersiap berempat untuk pergi ke Bandung.
“Ah
tak sabar hati ini melihat keadaan di sana. Apa yang akan kita lakukan disana,
apa tujuan kita kesana, “mengapa penting banget sii acara ini?”, pertanyaan itu
terus menghantui pikiranku.
Mobil Fortuner melaju
dengan mulusnya ke arah Bandung, Alhamdulillah ku merasa sehat afiyat selama 4
jam perjalanan yang melelahkan. Sekitar pukul 08.00 kami tiba di tempat
Launching WJLRC
Tempat ini memiliki
lahan parkir yang memadai. Di sana sini terlihat orang lalu lalang entah kesibukan apa yang mereka sedang
lakukan. Ku langsung membawa rombongan ke tempat acara.
Aku, bu Lelly, bu
Destri dan 2 anak muridku ikut serta dalam kegiatan ini.
Terdengar suara music penyambutan
begitu meriahnya. Pakaian yang dikenakan
peserta penyambutpun beraneka warna, semua terlukis seperti pawai
budaya, aku terlarut dalam suasana gegap gempita.
“bu,
meriah banget hari ini yah!” salah seorang muridku dengan semangat tergambar di
wajahnya.
“banget
bil, liat deh ibu tertarik dengan orang yang menggunakan enggang itu,
bias-bisanya dia naik ke bamboo setinggi itu yah!”
Hingar binger suara
music tanda Launching WJLRC gaung yang
di gemakan untuk meningkatkan literasi terutama minat baca untuk anak SD, SMP,
dan SMA.
Awal yang bagus, Pasca Kemendikbud meluncurkan Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) melalui PP Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi
pekerti, didapat salah satu butir penting dalam peraturan tersebut yaitu
penumbuhan budaya baca diawali membaca 15 menit sebelum pembelajaran di mulai. Hal
ini lalu langsung mendapatkan sambutan yang positif dari sekolah kami. Sebetulnya kegiatan GLS di SD Insan Kamil dipercaya sebagai
perintis untuk Sekolah Dasar di Kota Bogor tahun 2016 melalui kegiatan West
Java Leaders Reading Challenge (WJLRC). Kegiatan WJLRC saat itu adalah siswa
melaporkan apa yang dibacanya melalui resume/ringkasan cerita kemudian
melakukan kegiatan diskusi, tanya jawab serta pelaporan. Adapun jumlah
buku dan halaman buku yang dibaca belum ditentukan kriteria minimalnya,
yang menjadi titik berat disini adalah menumbuhkan minat baca anak dan
pemahaman anak terhadap isi cerita yang dibacanya.
Aku dan guru-guru perintis di sekolah sangat bersemangat
mengikuti program ini.
Setelah launching WJLRC sepekan kemudian aku bersama tim melaksanakan
tantang membaca 1 bulan 10 buku.
Perjalanan menjalani tantangan ini tidaklah mudah. Aku harus
membagi waktu dengan jam mengajar sehari-hari. Belum lagi pemilihan anak-anak
yang ingin mengikuti kegiatan ini begitu banyak peminatnya. Akhirnya kuputuskan
untuk mengadakan pengumuman bahwa yang memiliki 10 buku cerita di rumah yang non teks maka murid
tersebut berhak mengikuti tantangan membaca.
Sepekan ini aku harus membimbing muridku untuk membuat cara mereview buku. Perlu waktu memang, tapi
kami para guru perintis berupaya agar mereka bias menerapkan review yang
dikenalkan ishikawa fishbone,
paragraph AIH, Y-Chart, dan
Infografis.
Kenangan 19 Desember 2016
No comments:
Post a Comment